Selasa, 28 Mei 2013

ASPEK-ASPEK PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN


1.      Aspek Historis
Meskipun tradisi kebudayaan megembangkan kesinambungan dan keabadian tipe-tipe serta corak bangunan rumah, namun waktu berjalan terus dan mengakibatkan adanya perubahan diberbagai wilayah misalnya arab, masih banyak terlihat perumahan yang menyerupai perumahan dalam beberapa abad yang lalu demikian pula dengan di Negara di benua afrika, perumahan di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan masih dibangun menurut prinsip-prinsip yang berlaku pada abad-abad yang lampau. Sebaliknya adanya pengarauh modernisasi sebagai contoh dapat di wilayah-wilayah hutan sabana (afrika) telah banyak perubahan penggunaan atap seng sebagai pengganti atap ilalang walaupun material untuk lantai bangunan rumah masih sama, tetapi kualitas bahan yang digunakan telah jauh lebih baik. Kenyataan seperti ini, dapat digunakan untuk salah satu dasar klasifikasi, dimana dapat mengkategorikan tipe rumah menjadi 4 kelompok :
a.       Rumah tradisional tidak berubah
b.      Rumah tradisional dengan beberapa perubahan
c.       Rumah dimodernisasikan (baik bahan bangunan maupun pola lantai bangunan nampak terdapat perubahan)
d.      Rumah modern
2.      Aspek Periode Penempatan
Dari segi penempatan semua tempat tinggal yang dibangun orang belum tentui dimaksudkan untuk ditempati secara menetap. Misalnya masyarakat Bushman dan pengembarara lainnya seperti orang-orang yang hidupnya sebagi pengumpul pangan, membangun tempat tinggal sekedar menahan angin, sehingga mudah ditinggalkan apabila kelompok tersebut harus pindah. Bagi pengembara yang hidup di wilayah gurun pasir baik di Afrika maupun di Asia selalu membawa serta tenda-tenda mereka, dan akan menggunakannya apabila mereka mendirikan kampung sementara. Perkampungan demikian kadang ditempati beberapa hari saja, atau beberapa minggu, beberapa bula, bahkan dapat lebih lama lagi, walaupun demikian kadang ditempati juga tempat itu, dengan membawa serta tenda mereka untuk mencari tempat baru. Bagi orang-orang Masai di Afrika Timur membangun rumah secara permanen, tetapi tidak ditempati setahun penuh. Mereka hanya menempati sekitar setengah tahun dengan melakukan penanaman beberapa jenis tanaman dan memelihara ternak sapi, selama makanan dan air di sekitarnya mencukupi. Pada musim selanjutnya (kemarau) mereka meninggalkan perumahan tersebut untuk pindah ke daerah lain yang terdapat air atau mengikuti turunnya curah hujan. Apabila musim hujan tiba di perkampungan pertama tadi, mereka akan kembali untuk bertempat tinggal sementara. Dengan demikian, dapat diklasifikasikan, bahwa tipe perumahan terbagi :
a.       Rumah sepanjang tahun
b.      Rumah sepanjang bulan
c.       Rumah selama seminggu
d.      Rumah selama beberapa hari
3.      Aspek Struktur
Dapatkah klasifikasi tipe rumah didasarkan pada struktur tempat tinggal, tingkat keruwetan, dan tingkat kekompleksannya? Dalam kaitannya dengan hal ini beberapa pakar geografi budaya yang tertarik pada tipe tempat tinggal membedakan tipe-tipe rumah secara jelas :
a.       Tempat tinggal berupa gua
b.      Tempat tinggal yang berupa sekedar penahan angin untuk para pengembara
c.       Tempat tinggal bagi orang-orang yang hidupnya masih sebagai pengumpul pangan
d.      Tempat tinggal gua buatan dengan beberapa modifikasi
e.       Tempat tinggal berupa gubug-gubug sederhana baik menggunakan ranting
Di samping  itu, sebaliknya dapat dijumpai tempat tinggal sementara seperti vila, dan tempat tinggal berupa bangunan besar yang lebih kompleks berada di daerah pinggiran kota, serta tempat tinggal untuk keluarga tunggal yang bersifat masih sederhana, namun kondisinya jauh lebih sempurna dari pada tempat tinggal yang disebutkan di atas. Di antara kedua tipe perumahan tersebut masih terdapat berjuta-juta rumah yang tidak termasuk tipe-tipe tersebut, seperti rumah yang berbentuk sarang lebah (rumah Zulu) hingga bentuk-bentuk yang lebih berkembang, seperti perkembangan rumah gubug hingga rumah-rumah yang lebih kompleks yang terdapat tersebar di Asia Selatan, Tenggara, dan Asia Timur yang benar-benar konstruknya kuat dan kompleks.
4.      Aspek Material Bangunan
Salah satu cara lain untuk mengklasifikasikan tipe rumah dapat mendasarkan pada bahan-bahan yang digunakan untuk konstruksi bangunannya. Bangunan rumah yang terbuat dari bahan kayu, masih menunjukkan adanya kaitan erat dengan persebaran wilayah hutan, walaupun saat ini hasil hutan yang berupa kayu tersebut tersebar ke segala penjuru dunia sebagai bahan bangunan. Bangunan rumah balok, kemungkinan berasal dari daerah hutan beriklim dingin di Eropa Utara, dan sejarah menunjukkan bahwa tempat tinggal pendatang di Amerika Utara, pada mulanya membangun rumah seperti itu, karena hutan masih melimpah di samping wilayah tersebut beriklim dingin. Hingga saat ini rumah balok masih banyak dijumpai, terutama bangunan pondok yang terletak jauh dari perkampungan terpencil, tetapi lebih berfungsi sebagai tempat tinggal sementara atau rekreasi dari pada untuk tempat tinggal menetap. Pada mulanya rumah balok atau pondok dibangun hanya menggunakan kapak, namun dewasa ini telah berkembang penggergajian kayu menggunakan mesin, sehingga untuk membangun rumah dengan bahan kayu juga berkembang dan lebih mudah. Oleh karena itu rumah balok lebih banyak dijumpai di daerah-daerah yang berdekatan dengan hutan. Jika ditinjau lebih jauh sebenarnya, hingga saat ini pada hakekatnya bahan bangunan rumah lebih banyak dari kayu dari pada bahan lain. Dinding, plafon (langit-langit) yang dipasang pada bangunan modern masih banyak menggunakan kerangka kayu, atau menggunakan material kayu lapis, bahkan banyak perlengkapan bangunan yang menggunakan kertas yang sebenarnya berasal dari kayu juga. Demikian pula bahan atap bangunan, ada yang menggunakan kayu (sirap) dan terdapat pula yang menggunakan kertas (dari kayu) dengan dilapisi ter. Sejumlah besar bangunan rumah di beberapa Negara saat ini menggunakan papan sebagai bahan atap, dinding maupun lantai.
Di wilayah-wilayah dimana kayu sulit diperoleh, memungkinkan rumah dibangun menggunakan batu bata. Pada umumnya terdapat kecenderungan untuk mendefinisikan batu bata adalah benda keras hasil cetakan yang diperkeras dengan cara pembakaran. Namun demikian, batu bata manapun di dunia ini terbuat dari tanah. Di wilayah Timur Tengah, maupun di wilayah Mexico dan Amerika Barat daya pembuatan batu bata menggunakan lumpur yang dicetak kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai keras. Batu bata ini digunakan untuk dinding, tetapi sebagai pengikatnya (plaster) hanya menggunakan lumpur bukan menggunakan semen. Demikian pula untuk membuat atap digunakan dahan kayu dan jerami yang kemudian diplaster dengan lumpur pula. Di wilayah-wilayah arid (kering) rumah seperti ini merupakan tempat tinggal yang memadai untuk menahan panas dan dingin. Apabila suatu saat terjadi hujan, maka hujan tersebut akan menjadikan mala petaka, karena rumah tersebut akan runtuh dimana batu bata yang hanya dikeringkan matahari tidak akan sekeras yang dibakar atau ubin. Variasi cara yang dikemukakan tersebut banyak terjadi di berbagai Negara di dunia ini. Rumah “bata-lumpur” banyak dijumpai pula di wilayah yang kekurangan kayu seperti di Cina Utara yang beriklim kering. Diperkirakan bahwa cara yang digunakan untuk membangun rumah seperti itu berasal dari Wilayah Timur Tengah.
Rumah tempat tinggal, dapat pula dibuat dari batu. Misalnya di dataran tinggi Andes Peru, rumah-rumah suku bangsa Indian dibangun dari batu kasar yang ditumpuk tanpa plasteran, dan lubang-lubangnya hanya disumbat dengan lumpur, serta atapnya dibuat dari ilalang. Rumah seperti ini dijumpai pula di Eropa, misalnya cottage di Inggris terbuat dari batu alam tetapi diplaster dengan semen, walaupun atapnya juga ilalang. Di Mesir Selatan dan di daerah bagian pedalaman dimana material batu terdapat melimpah, rumah-rumah penduduk juga dibangun dari material batu. Namun, dalam peta dunia, bagaimanapun juga rumah batu nampaknya hanya merupakan bagian kecil karena bahan bangunan rumah yang lebih lazim digunakan adalah bata, kayu, dan lumpur, Sedangkan di berbagai tempat terdapat pula batu alam digunakan sebagai bahan bangunan untuk dekorasi pada rumah-rumah yang sebagian besar dibuat dari material kayu dan bata.
Ketiadaan istilah yang lebih cocok, menyebabkan adanya istilah yang digunakan untuk bangunan rumah yang hanya merupakan anyaman dahan dan ranting disebut wattle, walaupun jumlahnya cukup banyak. Rumah seperti ini dibangun dari tiang dan kasau yang dianyam menjadi jaringan rapat, kemudian diplaster dengan lumpur. Sebenarnya rumah-rumah tersebut dibangun dari kombinasi bahan kayu dan batu-lumpur. Cara pembuatan rumah seperti ini banyak dijumpai di Afrika dengan atap ilalang yang tebal untuk menahan hujan lebat yang terjadinya sangat jarang.
Bahan-bahan bangunan yang disebutkan di atas sebenarnya belum lengkap atau menyeluruh, karena rumah Zulu dengan bentuk sarang labah-labah hamper seluruhnya terbuat dari rumput yang tinggo. Tenda sebagai rumah pengembara terbuat dari kain atau kulit di daerah gurun yang tinggi. Tenda sebagai rumah pengembara terbuat dari kain atau kulit di daerah gurun. Balok-balok es juga ada yang digunakan sebagai bahan bangunan rumah di daerah kutub. Bamboo merupakan bahan bangunan rumah yang hamper umum di Negara-negara Asia Tenggara. Secara ekstrim dapat ditunjukkan adanya rumput ilalang yang digunakan sebagai lapisan atap paling atas untuk menebalkan isolasi menahan dingin, dan pada musim panas rumput tersebut tumbuh untuk pakan ternak kambing. Disamping itu, terdapat pula rumah-rumah yang berupa sampan, maupun trailer (rumah mobil). Dalam hal ini Nampak bahwa variasi tipe rumah menurut material (bahan) bangunan tidak terbatas jumlahnya, sehingga sulit untuk membuat regionalisasi.
5. Aspek Bentuk
Dalam setiap budaya bangsa, bentuk rumah dan letaknya mempunyai variasi yang cukup beraneka ragam. Misalnya, di Amerika kebanyakan rumah berbentuk persegi panjang dengan sudut siku-siku, sementara di Afrika banyak dijumpai rumah bulat tanpa sudut. Berbagai rumah tersebut dapat dibedakan atas dasar darimana budaya tersebut berasal. Contohnya rumah balok, memiliki bentuk yang sederhana yang terdapat di Amerika dan berasal dari budaya Eropa Utara; bentuk rumah tipe spanyol dengan bentuk datar yang terdapat di Amerika, dengan ciri bagian emperan tertutup yang pertama kali dibangun oleh para emigran yang berasal dari Eropa di Mexico, kemudian menjalar ke bagian barat Amerika terutama di Arizona dan California. Di sepanjang pesisir Atlantik para pendatang dari Eropa juga membangun rumah dengan bentuk segi empat namun mempunyai variasi yang berbeda.
Terdapat beberapa tipe rumah di Amerika Serikat menurut Kniffen (1965) : tipe rumah New England merupakan suatu rumah bertingkat dua bercerobong asap dii tengahnya, tipe rumah midle Atlantic merupakan bentuk rumah dengan sayap (emper) utama memanjang, tipe Chesapeake rendah yang terdapat di sepanjang teluk Chesapeake dengan ciri kedua cerobong asap terletak pada kedua sisi bangunan rumah. Di negara barat (Amerika Selatan maupun Midwest) maupun di tempat lain dapat dijumpai rumah untuk keluarga tunggal yang memiliki variasi bentuk rumah tipe Atlantik, dapat dijumpai pula rumah beratap rendah dengan bentuk L, T, U. Rumah dengan bentuk T memiliki ruang tidur berkelompok pada dua sayapnya, rumah dengan bentuk U biasanya di tengah terdapat kolam renang. Bangunan-bangunan rumah flat dan rumah di kota telah mendukung terjadinya perubahan daerah pinggiran kota. Komponen rumah di pinggiran kota seperti garasi untuk dua mobil, tempat perapian, peralatan pemanas dan dapur telah menjadi barang-barang mewah. Dari bentuk rumah sebenarnya orang dapat mengungkapkan bagaimana proses kejadian yang sebenarnya terjadi, dengan cara merekonstruksi bekas-bekas rumah yang ditinggalkan. Sebagai contoh di Afrika, biasanya orang membangun rumah dengan konstruksi lantai setinggi kaki dari permukaan tanah, hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kelembaban ruang. Lantai ini akan menjadi semakin keras akibat penempatan yang agak lama setelah ditinggalkan penghuninya kemungkinan akan tertutup material yang semakin memadat. Pada suatu ketika apabila penutup ini tersingkap sisa-sisa bangunan rumah masih dapat diamati atau dikenali sehingga dapat digunakan sebagai kunci dasar rekonstruksi pola-pola penghuni kuno.
Dalam kaitannya dengan studi tipe perumahan, Kniffen menyatakan bahwa kajian tipe perumahan  akan memberikan kesempatan penelitian yang cukup banyak dalam masyarakat modern. Kenyataan itu tidak hanya berlaku di negara-negara di Eropa tetapi juga di negara Eropa, dimana perpindahan penduduk dan kesinambungan tipe rumah secara relatif memberikan kesempatan penelitian mengenai migrasi dan difusi tipe rumah yang cukup banyak. Contohnya pada wilayah pesisir yang merupakan sumber terjadinya difusi tiga tipe perumahan utama menyebar dari pantai timur ke daerah pedalaman. Tipe rumah New England, mempengaruhi tipe-tipe rumah Midwest bagian utara dan tipe rumah Atlantik tengah. Tipe rumah tersebut menyebar ke bagian tengah Amerika Serikat, Timur dari Indian bagian selatan dan Ohio ke bagian utara Georgian dan Alabama. Proses ini berkesinambungan dan rumah semakin berubah sesuai dengan material setempat yang tersedia dan permintaan keinginan lingkungan masyarakat tertentu. Hal seperti itu, mengungkapkan aspek sumber daya dan tradisi sebagai perlambang adanya perubahan kebudayaan. Proses difusi menyebar darui arah timur ke barat. Di bagian barat tipe rumah ranch banyak di jumpai dari california sampai florida bangunan rumah bukan hanya berfungsi untuk di huni namun juga seperti di negara barat bangunan rumah berfungsi menggambarkan status dan posisi dalam masyarakat yang dapat di tunjukan oleh ukuran luas bangunan maupun lahan yang dimiliki, bahkan modifikasi bentuk bangunan beserta material yang di gunakan untuk bangunan dekorasi.
Dalam hal tertentu kebudayaan daerah dapat di kenali lewat bentuk rumah tinggal maupun kualitas estetikanya seperti cara pemasangan pengecetan perangkat jendela rumah bahkan hiasan pintu luar. Apabila suatu masyarakan memiliki sumber daya, baik secara individu maupun kelompok kemampuan serta keterampilkanya dapat di lihat dari hasil hasil budaya mereka lewat bangunan bangunan, monumen, ataupun, pemerintah yang di hasilkan.
6.    Aspek Tujuan Penempatan
Pada umumnya jumlah penduduk yang semakin berkembang tetapi bangunan mereka tidak menujunkan adanya peningkatan perlengkapan yang semikin mewah, hal ini di sebabkan penhuni menempati suatu bangunan rumah bukan merupan keluarga tunggal tetapi lebih cenderung sebagai keluarga ganda. Bagi rumah yang di tempati keluargan tunggalakan menunjukan kualitas peningkatan rumanya di mana semakin lama semakin mewah, dan terdapat kecenderungan orang bangunan apartemen baik tingkat maupun rumah kupel (rumah satu untuk dua keluarga). Dengan demikian dalam membicarakan rumah harus mempertimbangkan pula tujuan penempatan bangunan rumah tersebut apakah di huni satu keluarga atau beberapa keluarga saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar