1. Aspek
Historis
Meskipun tradisi kebudayaan megembangkan
kesinambungan dan keabadian tipe-tipe serta corak bangunan rumah, namun waktu
berjalan terus dan mengakibatkan adanya perubahan diberbagai wilayah misalnya
arab, masih banyak terlihat perumahan yang menyerupai perumahan dalam beberapa
abad yang lalu demikian pula dengan di Negara di benua afrika, perumahan di
daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan masih dibangun menurut
prinsip-prinsip yang berlaku pada abad-abad yang lampau. Sebaliknya adanya
pengarauh modernisasi sebagai contoh dapat di wilayah-wilayah hutan sabana
(afrika) telah banyak perubahan penggunaan atap seng sebagai pengganti atap
ilalang walaupun material untuk lantai bangunan rumah masih sama, tetapi
kualitas bahan yang digunakan telah jauh lebih baik. Kenyataan seperti ini, dapat
digunakan untuk salah satu dasar klasifikasi, dimana dapat mengkategorikan tipe
rumah menjadi 4 kelompok :
a. Rumah
tradisional tidak berubah
b. Rumah
tradisional dengan beberapa perubahan
c. Rumah
dimodernisasikan (baik bahan bangunan maupun pola lantai bangunan nampak
terdapat perubahan)
d. Rumah
modern
2. Aspek
Periode Penempatan
Dari segi penempatan semua tempat tinggal yang
dibangun orang belum tentui dimaksudkan untuk ditempati secara menetap.
Misalnya masyarakat Bushman dan pengembarara lainnya seperti orang-orang yang
hidupnya sebagi pengumpul pangan, membangun tempat tinggal sekedar menahan
angin, sehingga mudah ditinggalkan apabila kelompok tersebut harus pindah. Bagi
pengembara yang hidup di wilayah gurun pasir baik di Afrika maupun di Asia
selalu membawa serta tenda-tenda mereka, dan akan menggunakannya apabila mereka
mendirikan kampung sementara. Perkampungan demikian kadang ditempati beberapa
hari saja, atau beberapa minggu, beberapa bula, bahkan dapat lebih lama lagi,
walaupun demikian kadang ditempati juga tempat itu, dengan membawa serta tenda
mereka untuk mencari tempat baru. Bagi orang-orang Masai di Afrika Timur
membangun rumah secara permanen, tetapi tidak ditempati setahun penuh. Mereka
hanya menempati sekitar setengah tahun dengan melakukan penanaman beberapa
jenis tanaman dan memelihara ternak sapi, selama makanan dan air di sekitarnya
mencukupi. Pada musim selanjutnya (kemarau) mereka meninggalkan perumahan
tersebut untuk pindah ke daerah lain yang terdapat air atau mengikuti turunnya
curah hujan. Apabila musim hujan tiba di perkampungan pertama tadi, mereka akan
kembali untuk bertempat tinggal sementara. Dengan demikian, dapat
diklasifikasikan, bahwa tipe perumahan terbagi :
a. Rumah
sepanjang tahun
b. Rumah
sepanjang bulan
c. Rumah
selama seminggu
d. Rumah
selama beberapa hari
3. Aspek
Struktur
Dapatkah klasifikasi tipe rumah didasarkan pada
struktur tempat tinggal, tingkat keruwetan, dan tingkat kekompleksannya? Dalam
kaitannya dengan hal ini beberapa pakar geografi budaya yang tertarik pada tipe
tempat tinggal membedakan tipe-tipe rumah secara jelas :
a. Tempat
tinggal berupa gua
b. Tempat
tinggal yang berupa sekedar penahan angin untuk para pengembara
c. Tempat
tinggal bagi orang-orang yang hidupnya masih sebagai pengumpul pangan
d. Tempat
tinggal gua buatan dengan beberapa modifikasi
e. Tempat
tinggal berupa gubug-gubug sederhana baik menggunakan ranting
Di samping itu, sebaliknya dapat dijumpai tempat tinggal
sementara seperti vila, dan tempat tinggal berupa bangunan besar yang lebih
kompleks berada di daerah pinggiran kota, serta tempat tinggal untuk keluarga
tunggal yang bersifat masih sederhana, namun kondisinya jauh lebih sempurna
dari pada tempat tinggal yang disebutkan di atas. Di antara kedua tipe
perumahan tersebut masih terdapat berjuta-juta rumah yang tidak termasuk
tipe-tipe tersebut, seperti rumah yang berbentuk sarang lebah (rumah Zulu)
hingga bentuk-bentuk yang lebih berkembang, seperti perkembangan rumah gubug
hingga rumah-rumah yang lebih kompleks yang terdapat tersebar di Asia Selatan,
Tenggara, dan Asia Timur yang benar-benar konstruknya kuat dan kompleks.
4. Aspek
Material Bangunan
Salah satu cara lain untuk mengklasifikasikan tipe
rumah dapat mendasarkan pada bahan-bahan yang digunakan untuk konstruksi
bangunannya. Bangunan rumah yang terbuat dari bahan kayu, masih menunjukkan
adanya kaitan erat dengan persebaran wilayah hutan, walaupun saat ini hasil
hutan yang berupa kayu tersebut tersebar ke segala penjuru dunia sebagai bahan
bangunan. Bangunan rumah balok, kemungkinan berasal dari daerah hutan beriklim
dingin di Eropa Utara, dan sejarah menunjukkan bahwa tempat tinggal pendatang
di Amerika Utara, pada mulanya membangun rumah seperti itu, karena hutan masih
melimpah di samping wilayah tersebut beriklim dingin. Hingga saat ini rumah
balok masih banyak dijumpai, terutama bangunan pondok yang terletak jauh dari
perkampungan terpencil, tetapi lebih berfungsi sebagai tempat tinggal sementara
atau rekreasi dari pada untuk tempat tinggal menetap. Pada mulanya rumah balok
atau pondok dibangun hanya menggunakan kapak, namun dewasa ini telah berkembang
penggergajian kayu menggunakan mesin, sehingga untuk membangun rumah dengan
bahan kayu juga berkembang dan lebih mudah. Oleh karena itu rumah balok lebih
banyak dijumpai di daerah-daerah yang berdekatan dengan hutan. Jika ditinjau
lebih jauh sebenarnya, hingga saat ini pada hakekatnya bahan bangunan rumah
lebih banyak dari kayu dari pada bahan lain. Dinding, plafon (langit-langit)
yang dipasang pada bangunan modern masih banyak menggunakan kerangka kayu, atau
menggunakan material kayu lapis, bahkan banyak perlengkapan bangunan yang
menggunakan kertas yang sebenarnya berasal dari kayu juga. Demikian pula bahan
atap bangunan, ada yang menggunakan kayu (sirap) dan terdapat pula yang
menggunakan kertas (dari kayu) dengan dilapisi ter. Sejumlah besar bangunan
rumah di beberapa Negara saat ini menggunakan papan sebagai bahan atap, dinding
maupun lantai.
Di wilayah-wilayah dimana kayu sulit diperoleh,
memungkinkan rumah dibangun menggunakan batu bata. Pada umumnya terdapat
kecenderungan untuk mendefinisikan batu bata adalah benda keras hasil cetakan
yang diperkeras dengan cara pembakaran. Namun demikian, batu bata manapun di
dunia ini terbuat dari tanah. Di wilayah Timur Tengah, maupun di wilayah Mexico
dan Amerika Barat daya pembuatan batu bata menggunakan lumpur yang dicetak
kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai keras. Batu bata ini
digunakan untuk dinding, tetapi sebagai pengikatnya (plaster) hanya menggunakan
lumpur bukan menggunakan semen. Demikian pula untuk membuat atap digunakan
dahan kayu dan jerami yang kemudian diplaster dengan lumpur pula. Di wilayah-wilayah
arid (kering) rumah seperti ini merupakan tempat tinggal yang memadai untuk
menahan panas dan dingin. Apabila suatu saat terjadi hujan, maka hujan tersebut
akan menjadikan mala petaka, karena rumah tersebut akan runtuh dimana batu bata
yang hanya dikeringkan matahari tidak akan sekeras yang dibakar atau ubin.
Variasi cara yang dikemukakan tersebut banyak terjadi di berbagai Negara di
dunia ini. Rumah “bata-lumpur” banyak dijumpai pula di wilayah yang kekurangan
kayu seperti di Cina Utara yang beriklim kering. Diperkirakan bahwa cara yang
digunakan untuk membangun rumah seperti itu berasal dari Wilayah Timur Tengah.
Rumah tempat tinggal, dapat pula dibuat dari batu.
Misalnya di dataran tinggi Andes Peru, rumah-rumah suku bangsa Indian dibangun
dari batu kasar yang ditumpuk tanpa plasteran, dan lubang-lubangnya hanya
disumbat dengan lumpur, serta atapnya dibuat dari ilalang. Rumah seperti ini
dijumpai pula di Eropa, misalnya cottage di
Inggris terbuat dari batu alam tetapi diplaster dengan semen, walaupun atapnya
juga ilalang. Di Mesir Selatan dan di daerah bagian pedalaman dimana material
batu terdapat melimpah, rumah-rumah penduduk juga dibangun dari material batu.
Namun, dalam peta dunia, bagaimanapun juga rumah batu nampaknya hanya merupakan
bagian kecil karena bahan bangunan rumah yang lebih lazim digunakan adalah
bata, kayu, dan lumpur, Sedangkan di berbagai tempat terdapat pula batu alam
digunakan sebagai bahan bangunan untuk dekorasi pada rumah-rumah yang sebagian
besar dibuat dari material kayu dan bata.
Ketiadaan istilah yang lebih cocok, menyebabkan
adanya istilah yang digunakan untuk bangunan rumah yang hanya merupakan anyaman
dahan dan ranting disebut wattle,
walaupun jumlahnya cukup banyak. Rumah seperti ini dibangun dari tiang dan kasau
yang dianyam menjadi jaringan rapat, kemudian diplaster dengan lumpur.
Sebenarnya rumah-rumah tersebut dibangun dari kombinasi bahan kayu dan
batu-lumpur. Cara pembuatan rumah seperti ini banyak dijumpai di Afrika dengan
atap ilalang yang tebal untuk menahan hujan lebat yang terjadinya sangat
jarang.
Bahan-bahan
bangunan yang disebutkan di atas sebenarnya belum lengkap atau menyeluruh,
karena rumah Zulu dengan bentuk sarang labah-labah hamper seluruhnya terbuat
dari rumput yang tinggo. Tenda sebagai rumah pengembara terbuat dari kain atau
kulit di daerah gurun yang tinggi. Tenda sebagai rumah pengembara terbuat dari
kain atau kulit di daerah gurun. Balok-balok es juga ada yang digunakan sebagai
bahan bangunan rumah di daerah kutub. Bamboo merupakan bahan bangunan rumah
yang hamper umum di Negara-negara Asia Tenggara. Secara ekstrim dapat
ditunjukkan adanya rumput ilalang yang digunakan sebagai lapisan atap paling
atas untuk menebalkan isolasi menahan dingin, dan pada musim panas rumput
tersebut tumbuh untuk pakan ternak kambing. Disamping itu, terdapat pula
rumah-rumah yang berupa sampan, maupun trailer
(rumah mobil). Dalam hal ini Nampak bahwa variasi tipe rumah menurut
material (bahan) bangunan tidak terbatas jumlahnya, sehingga sulit untuk
membuat regionalisasi.
5.
Aspek Bentuk
Dalam setiap budaya bangsa, bentuk rumah dan
letaknya mempunyai variasi yang cukup beraneka ragam. Misalnya, di Amerika
kebanyakan rumah berbentuk persegi panjang dengan sudut siku-siku, sementara di
Afrika banyak dijumpai rumah bulat tanpa sudut. Berbagai rumah tersebut dapat
dibedakan atas dasar darimana budaya tersebut berasal. Contohnya rumah balok,
memiliki bentuk yang sederhana yang terdapat di Amerika dan berasal dari budaya
Eropa Utara; bentuk rumah tipe spanyol dengan bentuk datar yang terdapat di
Amerika, dengan ciri bagian emperan tertutup yang pertama kali dibangun oleh
para emigran yang berasal dari Eropa di Mexico, kemudian menjalar ke bagian
barat Amerika terutama di Arizona dan California. Di sepanjang pesisir Atlantik
para pendatang dari Eropa juga membangun rumah dengan bentuk segi empat namun
mempunyai variasi yang berbeda.
Terdapat beberapa tipe rumah di Amerika Serikat
menurut Kniffen (1965) : tipe rumah New England merupakan suatu rumah
bertingkat dua bercerobong asap dii tengahnya, tipe rumah midle Atlantic
merupakan bentuk rumah dengan sayap (emper) utama memanjang, tipe Chesapeake
rendah yang terdapat di sepanjang teluk Chesapeake dengan ciri kedua cerobong
asap terletak pada kedua sisi bangunan rumah. Di negara barat (Amerika Selatan
maupun Midwest) maupun di tempat lain dapat dijumpai rumah untuk keluarga
tunggal yang memiliki variasi bentuk rumah tipe Atlantik, dapat dijumpai pula
rumah beratap rendah dengan bentuk L, T, U. Rumah dengan bentuk T memiliki ruang
tidur berkelompok pada dua sayapnya, rumah dengan bentuk U biasanya di tengah
terdapat kolam renang. Bangunan-bangunan rumah flat dan rumah di kota telah
mendukung terjadinya perubahan daerah pinggiran kota. Komponen rumah di
pinggiran kota seperti garasi untuk dua mobil, tempat perapian, peralatan
pemanas dan dapur telah menjadi barang-barang mewah. Dari bentuk rumah
sebenarnya orang dapat mengungkapkan bagaimana proses kejadian yang sebenarnya
terjadi, dengan cara merekonstruksi bekas-bekas rumah yang ditinggalkan.
Sebagai contoh di Afrika, biasanya orang membangun rumah dengan konstruksi
lantai setinggi kaki dari permukaan tanah, hal tersebut dimaksudkan untuk
mengurangi kelembaban ruang. Lantai ini akan menjadi semakin keras akibat
penempatan yang agak lama setelah ditinggalkan penghuninya kemungkinan akan
tertutup material yang semakin memadat. Pada suatu ketika apabila penutup ini
tersingkap sisa-sisa bangunan rumah masih dapat diamati atau dikenali sehingga
dapat digunakan sebagai kunci dasar rekonstruksi pola-pola penghuni kuno.
Dalam kaitannya dengan studi tipe perumahan, Kniffen
menyatakan bahwa kajian tipe perumahan
akan memberikan kesempatan penelitian yang cukup banyak dalam masyarakat
modern. Kenyataan itu tidak hanya berlaku di negara-negara di Eropa tetapi juga
di negara Eropa, dimana perpindahan penduduk dan kesinambungan tipe rumah
secara relatif memberikan kesempatan penelitian mengenai migrasi dan difusi
tipe rumah yang cukup banyak. Contohnya pada wilayah pesisir yang merupakan
sumber terjadinya difusi tiga tipe perumahan utama menyebar dari pantai timur
ke daerah pedalaman. Tipe rumah New England, mempengaruhi tipe-tipe rumah
Midwest bagian utara dan tipe rumah Atlantik tengah. Tipe rumah tersebut
menyebar ke bagian tengah Amerika Serikat, Timur dari Indian bagian selatan dan
Ohio ke bagian utara Georgian dan Alabama. Proses ini berkesinambungan dan
rumah semakin berubah sesuai dengan material setempat yang tersedia dan
permintaan keinginan lingkungan masyarakat tertentu. Hal seperti itu,
mengungkapkan aspek sumber daya dan tradisi sebagai perlambang adanya perubahan
kebudayaan. Proses difusi menyebar darui arah timur ke barat. Di bagian barat
tipe rumah ranch banyak di jumpai dari california sampai florida bangunan rumah
bukan hanya berfungsi untuk di huni namun juga seperti di negara barat bangunan
rumah berfungsi menggambarkan status dan posisi dalam masyarakat yang dapat di
tunjukan oleh ukuran luas bangunan maupun lahan yang dimiliki, bahkan
modifikasi bentuk bangunan beserta material yang di gunakan untuk bangunan
dekorasi.
Dalam hal tertentu kebudayaan daerah dapat di kenali
lewat bentuk rumah tinggal maupun kualitas estetikanya seperti cara pemasangan
pengecetan perangkat jendela rumah bahkan hiasan pintu luar. Apabila suatu
masyarakan memiliki sumber daya, baik secara individu maupun kelompok kemampuan
serta keterampilkanya dapat di lihat dari hasil hasil budaya mereka lewat
bangunan bangunan, monumen, ataupun, pemerintah yang di hasilkan.
6. Aspek
Tujuan Penempatan
Pada umumnya jumlah penduduk yang
semakin berkembang tetapi bangunan mereka tidak menujunkan adanya peningkatan
perlengkapan yang semikin mewah, hal ini di sebabkan penhuni menempati suatu
bangunan rumah bukan merupan keluarga tunggal tetapi lebih cenderung sebagai keluarga
ganda. Bagi rumah yang di tempati keluargan tunggalakan menunjukan kualitas
peningkatan rumanya di mana semakin lama semakin mewah, dan terdapat
kecenderungan orang bangunan apartemen baik tingkat maupun rumah kupel (rumah
satu untuk dua keluarga). Dengan demikian dalam membicarakan rumah harus
mempertimbangkan pula tujuan penempatan bangunan rumah tersebut apakah di huni
satu keluarga atau beberapa keluarga saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar