Selasa, 28 Mei 2013

POPULASI DAN SAMPEL


A.  POPULASI DAN SAMPEL
Contoh populasi, antara lain adalah: penduduk suatu kabupaten dalam periode waktu tertentu, misalnya yang mengikuti kelas metodologi penelitian sosial, penduduk dengan rentang umur tertentu, artikel tentang administrasi Negara dalam periode waktu tertentu. Dari contoh populasi tersebut, kita selanjutnya dapat mengenali elemen dari masing-masing populasi, yaitu: setiap anggota penduduk dari kabupaten dalam periode waktu tertentu, setiap mahasiswa yang mengikuti kelas metodologi penelitian sosial, setiap penduduk dengan rentang umur tertentu, dan setiap artikel tentang administrasi Negara dalam periode waktu tertentu. Dalam proses pengukuran karakter dari suatu populasi, dapat saja peneliti menggunakan pengukuran pada seluruh elemen dari populasi. Proses pengukuran yang demikian disebut dengan sensus. Sensus ini pada umumnya dilakukan terhadap populasi dengan jumlah elemen sedikit yang memungkinkan semua dapat dijangkau dengan biaya dan waktu yang tersedia. Sementara untuk populasi dengan jumlah banyak sensus sangat jarang dilakukan kecuali untuk kepentingan tertentu seperti sensus penduduk dari suatu Negara. Untuk populasi dengan banyak elemen pengukuran karakter populasi dilakukan melalui sejumlah elemen yang dipilih dari populasi tersebut dengan suatu metode tertentu. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah atau kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain. Yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik. Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y. Dalam Kedokteran, satu orang bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa sampel, data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut Cara pengambilan sejumlah elemen dai populasi ini disebut dengan sampling, dan elemen yang dipilih melalui cara ini disebut sebagai sampel (sample). Sebagai contoh, pada suatu unit kerja yang beranggotakan 200 orang karyawan akan digali informasi tentang persepsi mereka tentang dukungan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Jika 200 orang tersebut semuanya diminta mengisi kuesioner tentang data-data yang diperlukan, maka penelitian tersebut dilakukan dengan cara sensus. Adapun sampling hanya memilih beberapa orang sja dari 200 karyawan untuk diminta mengisi kuesioner atau diwawancarai. Selanjutnya, jika hasil sampling adalah 20 orang yang akan diukur, maka 20 orang tersebut disebut sebagai sampel penelitian.
1.    Keberadaan populasi dalam suatu penelitian wilayah
Di dalam suatu wilayah terdapat berbagai elemen wilayah dan kenampakan seperti penduduk, lahan pertanian, lahan permukiman, sungai-sungai, perbukitan, tambak dan masih banyak lainnya yang masing-masing mempunyai banyak satuan-satuan elementernya, namun secara bersama-sama kesemuanya tidak dapat dianggap sebagai populasi. Penyebabnya adalah bahwa masing-masing unit elementer tersebut mempunyai karakteristik dasar yang berbeda atau mempunyai ukuran elementer yang berbeda satu sama lain. Sebagai contoh adalah kelompok penduduk jelas berbeda dengan kelompok persawahan. Penduduk dapat dikenali dari satuan elementernya yang dicirikhasi oleh berbagai atribut yang melekat pada manusia seperti pendidikan, penghasilan, perilaku dan sebagainya Sedangkan persawahan mempunyai karakteristik yang sangat berbeda seperti luasannya, kesuburannya, produktivitasnya, rotasinya dan sebagainya.
       Untuk memahami sebuah populasi maka peneliti dapat melihat kelompok elemen wilayah tersebut yang mempunyai karakteristik dasar atau ukuran-ukuran yang sama atau dianggap sama. Sebagai contoh adalah mengenai penduduk di suatu wilayah saja, permukiman saja, lahan persawahan saja, atau objek-objek wilayah lainnya. Setiap elemen wilayah atau kenampakan yang ada di permukaan bumi atau juga dikenal dengan istilah fenomena geosfera dapat menjadi populasi. Dengan demikian, apa yang disebut sebagai populasi akan mempunyai jumlah satuan-satuan elementer yang berjumlah sedikit sampai dengan berjumlah tidak terbatas atau tidak dapat dihitung karena saking banyaknya. Sebuah populasi dapat terdiri dari bebrapa subpopulasi dan sebuah subpopulasi dapat terbagi ke dalam beberapa sub-sub populasi dan seterusnya. Berkaitan dengan keberadaan populasi dan subpopulasi serta satuan elementer populasi inilah salah satu aspek determinasi metode penelitian ditentukan. Dalam penelitian wilayah dengan objek fenomena geosfer, anggota populasi dapat berwujud penduduk/orang/binatang/tegakan tumbuhan dan dapat pula merupakan bentangan permukaan bumi. Keduanya menuntut kearifan penentuan sampel yang berbeda karena karakter anggota populasi yang berbeda.
2.    Teknik pengambilan sampel
       Teknik pengambilan sampel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: probability dan non probability. Probability dan non probability, mencerminkan tingkat kerandoman dari proses pemilihan sampel.
Beberapa metode yang termasuk probability sampling adalah sebagai berikut:
1.        Simple random sampling (Penarikan sampel secara random atau acak sederhan
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak (random) sehingga setiap kasus atau elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai sampel penelitian. Pada contoh pemilihan 20 orang sampel dari populasi yang beranggotakan 100 orang, dengan teknik simple random sampling maka setiap orang pada populasi tersebut memiliki peluang yang sama untuk menjadi satu dari 20 sampel yang dipilih. Teknik ini memiliki tingkat keacakan yang sangat tinggi sehingga sangat efisien digunakan untuk mengukur karakter populasi yang memiliki elemen dengan homogenitas tinggi. Sedangkan untuk populasi yang memiliki elemen cukup heterogen, penggunaan teknik ini justru dapat menimbulkan bias. Syarat penggunaan teknik sampling ini adalah bahwa setiap elemen dari populasi harus dapat dididentifikasi. Elemen dari populasi tersebut kemudian disusun dalam satu sampling frame yaitu suatu daftar yang dapat menggambarkan seluruh elemen dari populasi. Keberadaan sampling frame ini sangat penting dalam teknik simple random samping ini, karena proses pemilihan sampel akan menjadi lebih sederhana, cepat dan murah. Prosedur penggunaan simpe random sampling, diawali dari pembentukan sampling frame oleh peneliti selanjutnya dari sampling frame tersebut dipilih sampel yang dilakukan secara acak hingga terpenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Proses pemilihan sampel ini juga dapat memanfaatkan a table of random numbers.


2.        Systematic sampling (Penarikan sampel secara sistematis)
Teknik systematic sampling ini memiliki kemiripan prosedur dengan teknik simple random sampling. Oleh karena itu, systematic sampling juga memerlukan sampling frame, dan proses pemilihan sampel dilaksanakan secara random. Namun berbeda dengan simple random sampling, random dilakukan hanya untuk memilih sampel pertama. Sedangkan pemilihan sampel kedua, ketiga dan seterusnya dilakukan secara sistematis berdasarkan interval yang telah ditetapkan. Penggunaan interval dalam pemilihan sampel ini merupakan metode quasi-random karena sebenarnya tidak dilaksanakan random secara murni. Namun, hasil penggunaan systematic sampling dengan simple random sampling ternyata tidak jauh berbeda (Neuman : 1997). Oleh Karena itu penggunaannya bisa saling menggantikan kecuali untuk populasi dengan elemen yang tersusun secara terpola atau membentuk siklus. Pada populasi dengan elemen yang terorganisir membentuk pola atau siklus systematic sampling justru menimbulkan bias. prosedur systematic sampling adalah pertama disusun sampling frame. Kedua peneliti menetapkan sampling interval (k) dengan menggunakan rumus N/n, dimana N adalah jumlah elemen dalam populasi dan n adalah jumlah sampel yang diperlukan. Ketiga, peneliti memilih sampel pertama (S1) secara random dari sampling frame. Keempat, peneliti memilih sampel kedua (S2), yaitu S1+k selanjutnya peneliti memilih sampel sampai diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan dengan menambah nilai interval (k) pada setiap sampel sebelumnya. Contoh penggunaan systematic sampling untuk memilih 20 sampel dari populasi yang berisi 100 elemen adalah sebagai berikut, pertama susun sampling frame. Kedua, tetapkan nilai k=5. Ketiga, tentukan sampel pertama secara random misal diperoleh 6. Selanjutnya kita dapat menentukan sampel berikutnya adalah 11, 16, 21, 26, 31, 36, 41, 46, 51, 56, 61, 66, 71, 76, 81, 86, 91, 96 dan 1.
3.        Stratified sampling (Penarikan sampel stratifikasi)
Jika peneliti memilki informasi tambahan bahwa populasi sebenarnya terdiri dari beberapa subpopulasi atau strata, maka stratified sampling lebih cocok untuk memilih sampel penelitian. Sebagai contoh, penelitian akan dilakukan terhadap peserta kelas metodologi penelitian sosial yang semuanya berjumlah 80 orang. Informasi tambahan bagi peneliti adalah bahwa dari 80 orang tersebut 60 orang adalah perempuan dan sisanya laki-laki. Jika peneliti menganggap informasi ini penting untuk analisa, maka stratified sampling lebih cocok digunakan untuk memilih sampel. Prosedur penggunaan stratified sampling adalah sebagai berikut, pertama, peneliti membagi populasi kedalam beberapa subpopulasi stau strata berdasarkan informasi yang didapat. Kedua, peneliti merumuskan sampling frame pada masing-masing subpopulasi atau strata. Ketiga, peneliti memilih sampel pada masing-masing subpopulasi atu strata dengan menggunakan simple random atau systematic sampling. Dalam pemilihan sampel ini, proporsi jumlah sampel antar strata adalah sama dengan proporsi jumlah elemen antar strata. Dengan demikian, jika telah ditetapkan bahwa 20 orang akan dipilih sebagai sampel penelitian pada kelas metodologi penelitian sosial yang jumlah elemennya adalah 80 orang, maka perbandingan jumlah sampel antara perempuan dan laki-laki adalah 60:20. Berdasarkan proporsi tersebut, selanjutnya diperoleh sampel untuk perempuan adalah 15 orang dan untuk laki-laki adalah 5 orang. Terkadang seorang peneliti memilih sampel dengan tidak melihat proporsi tersebut sebagai contoh, pada kasus diatas ia memilih sampel laki-laki sejumlah 10 orang. Dalam kondisi demikian maka hasil analisis tidak dapat digeneralisasikan secara langsung terhadap populasi tersebut. Selanjutnya agar hasil  analisis dapat digeneralisasikan peneliti perlu melakukan pembobotan (weighting). Dalam dalam contoh tersebut karena jumlah sampel laki-laki dilipatduakan maka jumlah sampel perempuan juga perlu dilipatduakan. Hasil akhir setelah pembobotan jumlah sampel perempuan adalah 30 orang dan jumlah sampel laki-laki adalah 10 orang.
4.         Cluster sampling (Penarikan sampel berkelompok)
Cluster sampling disebut juga dengan area sampling. Cluster sampling ini digunakan ketika elemen dari populasi secara geografis tersebar luas sehingga sulit untuk disusun sampling frame. Keuntungan penggunaan teknik ini adalah menjadikan proses sampling lebih murah dan cepat daripada jika digunakan teknik simple random sampling. Akan tetapi hasil dari cluster sampling ini pada umumnya kurang akurat dibandingkan simple random sampling. Adapun cluster adalah suatu unit yang berisi sekumpulan elemen-elemen populasi. Namun, terhadap populasi yang lebih tinggi cluster sendiri berkedudukan sebagai elemen dari populasi yang lebih tinggi. Cluster sendiri berkedudukan sebagai elemen dari populasi tersebut. Seorang peneliti yang menggunakan cluster sampling, pertama-tama memilih sampel yang berbentuk cluster dari suatu populasi. Selanjutnya dari tiap-tiap cluster sampel tersebut diturunkan sampel yang berbentuk elemen.sebagai contoh pemilihan sampel pegawai pada suatu departemen yang pegawainya tersebar pada berbagai unit kerja yang juga tersebar secara geografis. Pada kasus ini peneliti dapat menjadikan unit kerja sebagai cluster dan selanjutnya secara random memilih beberapa unt kerja sebagai sampel. Pada setiap unit kerja yang terpilih tersebut kemudian seluruh pegawai dijadikan sampel atau dipilih sejumlah pegawai sebagai sampel penelitian secara random.
5.         Multistage sampling (Penarikan sampel secara bertahap)
Hampir sama dengan cluster, dengan tahap lebih dari satu kali (misal Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan/Desa dan seterusnya).
6.         Area sampling ( Penarikan sampel wilayah)
Cara ini dilakukan karena populasi tidak dapat kerangka sampling. Dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan, pertokoan. Teknik penarikan sampel sama seperti penarikan sampel secara bertahap.
Beberapa metode yang termasuk non probability sampling adalah sebagai berikut:
Cara ini dilakukan bila tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari populasi penelitian, sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama pada anggota populasi. Karena itu, peneliti tidak dapat membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi, hasil analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang diteliti. Dengan penarikan sampel non probability, peneliti tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit. Metode yang termasuk non probability sampling antara lain:
1.        Purposive sampling (Penarikan sampel secara sengaja)
Cara ini membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang baik dari peneliti terhadap populasi penelitian. Untuk menentuka siapa yang menjadi anggota sampel maka peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian.
2.        Quota sampling (Penarikan sampel jatah)
Cara ini mirip dengan stratified sampling, yaitu membagi populasi ke dalam sub-sub populasi sesuai dengan fokus penelitian. Penarikan sampel jatah dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata populasinya.

3.         Snowball sampling (Penarikan sampel bola salju)
Cara penarikan sampel ini dimulai dengan jumlah yang sedikit akhirnya menjadi banyak dengan beberapa tahap. Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk diwawancarai. Selanjutnya orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik awal penarikan sampel selanjutnya. Salah satu kelemahannya adalah sampel yang pada tahap berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer group). Karena itu orang pertama dipilih dari satu.
4.        Sequential sampling
Penarikan sampel ini dimulai dengan pengambilan sampel dalam jumlah kecil, kemudian data dianalisis. Jika hasilnya masih diragukan, maka sampel diambil yang lebih besar dan seterusnya.
5.        Accidental/Haphazard sampling (Penarikan sampel secara kebetulan)
              Penarikan sampel ini dilakukan dengan cara memilih orang yang kebetulan ditemui.

















ASPEK-ASPEK PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN


1.      Aspek Historis
Meskipun tradisi kebudayaan megembangkan kesinambungan dan keabadian tipe-tipe serta corak bangunan rumah, namun waktu berjalan terus dan mengakibatkan adanya perubahan diberbagai wilayah misalnya arab, masih banyak terlihat perumahan yang menyerupai perumahan dalam beberapa abad yang lalu demikian pula dengan di Negara di benua afrika, perumahan di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan masih dibangun menurut prinsip-prinsip yang berlaku pada abad-abad yang lampau. Sebaliknya adanya pengarauh modernisasi sebagai contoh dapat di wilayah-wilayah hutan sabana (afrika) telah banyak perubahan penggunaan atap seng sebagai pengganti atap ilalang walaupun material untuk lantai bangunan rumah masih sama, tetapi kualitas bahan yang digunakan telah jauh lebih baik. Kenyataan seperti ini, dapat digunakan untuk salah satu dasar klasifikasi, dimana dapat mengkategorikan tipe rumah menjadi 4 kelompok :
a.       Rumah tradisional tidak berubah
b.      Rumah tradisional dengan beberapa perubahan
c.       Rumah dimodernisasikan (baik bahan bangunan maupun pola lantai bangunan nampak terdapat perubahan)
d.      Rumah modern
2.      Aspek Periode Penempatan
Dari segi penempatan semua tempat tinggal yang dibangun orang belum tentui dimaksudkan untuk ditempati secara menetap. Misalnya masyarakat Bushman dan pengembarara lainnya seperti orang-orang yang hidupnya sebagi pengumpul pangan, membangun tempat tinggal sekedar menahan angin, sehingga mudah ditinggalkan apabila kelompok tersebut harus pindah. Bagi pengembara yang hidup di wilayah gurun pasir baik di Afrika maupun di Asia selalu membawa serta tenda-tenda mereka, dan akan menggunakannya apabila mereka mendirikan kampung sementara. Perkampungan demikian kadang ditempati beberapa hari saja, atau beberapa minggu, beberapa bula, bahkan dapat lebih lama lagi, walaupun demikian kadang ditempati juga tempat itu, dengan membawa serta tenda mereka untuk mencari tempat baru. Bagi orang-orang Masai di Afrika Timur membangun rumah secara permanen, tetapi tidak ditempati setahun penuh. Mereka hanya menempati sekitar setengah tahun dengan melakukan penanaman beberapa jenis tanaman dan memelihara ternak sapi, selama makanan dan air di sekitarnya mencukupi. Pada musim selanjutnya (kemarau) mereka meninggalkan perumahan tersebut untuk pindah ke daerah lain yang terdapat air atau mengikuti turunnya curah hujan. Apabila musim hujan tiba di perkampungan pertama tadi, mereka akan kembali untuk bertempat tinggal sementara. Dengan demikian, dapat diklasifikasikan, bahwa tipe perumahan terbagi :
a.       Rumah sepanjang tahun
b.      Rumah sepanjang bulan
c.       Rumah selama seminggu
d.      Rumah selama beberapa hari
3.      Aspek Struktur
Dapatkah klasifikasi tipe rumah didasarkan pada struktur tempat tinggal, tingkat keruwetan, dan tingkat kekompleksannya? Dalam kaitannya dengan hal ini beberapa pakar geografi budaya yang tertarik pada tipe tempat tinggal membedakan tipe-tipe rumah secara jelas :
a.       Tempat tinggal berupa gua
b.      Tempat tinggal yang berupa sekedar penahan angin untuk para pengembara
c.       Tempat tinggal bagi orang-orang yang hidupnya masih sebagai pengumpul pangan
d.      Tempat tinggal gua buatan dengan beberapa modifikasi
e.       Tempat tinggal berupa gubug-gubug sederhana baik menggunakan ranting
Di samping  itu, sebaliknya dapat dijumpai tempat tinggal sementara seperti vila, dan tempat tinggal berupa bangunan besar yang lebih kompleks berada di daerah pinggiran kota, serta tempat tinggal untuk keluarga tunggal yang bersifat masih sederhana, namun kondisinya jauh lebih sempurna dari pada tempat tinggal yang disebutkan di atas. Di antara kedua tipe perumahan tersebut masih terdapat berjuta-juta rumah yang tidak termasuk tipe-tipe tersebut, seperti rumah yang berbentuk sarang lebah (rumah Zulu) hingga bentuk-bentuk yang lebih berkembang, seperti perkembangan rumah gubug hingga rumah-rumah yang lebih kompleks yang terdapat tersebar di Asia Selatan, Tenggara, dan Asia Timur yang benar-benar konstruknya kuat dan kompleks.
4.      Aspek Material Bangunan
Salah satu cara lain untuk mengklasifikasikan tipe rumah dapat mendasarkan pada bahan-bahan yang digunakan untuk konstruksi bangunannya. Bangunan rumah yang terbuat dari bahan kayu, masih menunjukkan adanya kaitan erat dengan persebaran wilayah hutan, walaupun saat ini hasil hutan yang berupa kayu tersebut tersebar ke segala penjuru dunia sebagai bahan bangunan. Bangunan rumah balok, kemungkinan berasal dari daerah hutan beriklim dingin di Eropa Utara, dan sejarah menunjukkan bahwa tempat tinggal pendatang di Amerika Utara, pada mulanya membangun rumah seperti itu, karena hutan masih melimpah di samping wilayah tersebut beriklim dingin. Hingga saat ini rumah balok masih banyak dijumpai, terutama bangunan pondok yang terletak jauh dari perkampungan terpencil, tetapi lebih berfungsi sebagai tempat tinggal sementara atau rekreasi dari pada untuk tempat tinggal menetap. Pada mulanya rumah balok atau pondok dibangun hanya menggunakan kapak, namun dewasa ini telah berkembang penggergajian kayu menggunakan mesin, sehingga untuk membangun rumah dengan bahan kayu juga berkembang dan lebih mudah. Oleh karena itu rumah balok lebih banyak dijumpai di daerah-daerah yang berdekatan dengan hutan. Jika ditinjau lebih jauh sebenarnya, hingga saat ini pada hakekatnya bahan bangunan rumah lebih banyak dari kayu dari pada bahan lain. Dinding, plafon (langit-langit) yang dipasang pada bangunan modern masih banyak menggunakan kerangka kayu, atau menggunakan material kayu lapis, bahkan banyak perlengkapan bangunan yang menggunakan kertas yang sebenarnya berasal dari kayu juga. Demikian pula bahan atap bangunan, ada yang menggunakan kayu (sirap) dan terdapat pula yang menggunakan kertas (dari kayu) dengan dilapisi ter. Sejumlah besar bangunan rumah di beberapa Negara saat ini menggunakan papan sebagai bahan atap, dinding maupun lantai.
Di wilayah-wilayah dimana kayu sulit diperoleh, memungkinkan rumah dibangun menggunakan batu bata. Pada umumnya terdapat kecenderungan untuk mendefinisikan batu bata adalah benda keras hasil cetakan yang diperkeras dengan cara pembakaran. Namun demikian, batu bata manapun di dunia ini terbuat dari tanah. Di wilayah Timur Tengah, maupun di wilayah Mexico dan Amerika Barat daya pembuatan batu bata menggunakan lumpur yang dicetak kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai keras. Batu bata ini digunakan untuk dinding, tetapi sebagai pengikatnya (plaster) hanya menggunakan lumpur bukan menggunakan semen. Demikian pula untuk membuat atap digunakan dahan kayu dan jerami yang kemudian diplaster dengan lumpur pula. Di wilayah-wilayah arid (kering) rumah seperti ini merupakan tempat tinggal yang memadai untuk menahan panas dan dingin. Apabila suatu saat terjadi hujan, maka hujan tersebut akan menjadikan mala petaka, karena rumah tersebut akan runtuh dimana batu bata yang hanya dikeringkan matahari tidak akan sekeras yang dibakar atau ubin. Variasi cara yang dikemukakan tersebut banyak terjadi di berbagai Negara di dunia ini. Rumah “bata-lumpur” banyak dijumpai pula di wilayah yang kekurangan kayu seperti di Cina Utara yang beriklim kering. Diperkirakan bahwa cara yang digunakan untuk membangun rumah seperti itu berasal dari Wilayah Timur Tengah.
Rumah tempat tinggal, dapat pula dibuat dari batu. Misalnya di dataran tinggi Andes Peru, rumah-rumah suku bangsa Indian dibangun dari batu kasar yang ditumpuk tanpa plasteran, dan lubang-lubangnya hanya disumbat dengan lumpur, serta atapnya dibuat dari ilalang. Rumah seperti ini dijumpai pula di Eropa, misalnya cottage di Inggris terbuat dari batu alam tetapi diplaster dengan semen, walaupun atapnya juga ilalang. Di Mesir Selatan dan di daerah bagian pedalaman dimana material batu terdapat melimpah, rumah-rumah penduduk juga dibangun dari material batu. Namun, dalam peta dunia, bagaimanapun juga rumah batu nampaknya hanya merupakan bagian kecil karena bahan bangunan rumah yang lebih lazim digunakan adalah bata, kayu, dan lumpur, Sedangkan di berbagai tempat terdapat pula batu alam digunakan sebagai bahan bangunan untuk dekorasi pada rumah-rumah yang sebagian besar dibuat dari material kayu dan bata.
Ketiadaan istilah yang lebih cocok, menyebabkan adanya istilah yang digunakan untuk bangunan rumah yang hanya merupakan anyaman dahan dan ranting disebut wattle, walaupun jumlahnya cukup banyak. Rumah seperti ini dibangun dari tiang dan kasau yang dianyam menjadi jaringan rapat, kemudian diplaster dengan lumpur. Sebenarnya rumah-rumah tersebut dibangun dari kombinasi bahan kayu dan batu-lumpur. Cara pembuatan rumah seperti ini banyak dijumpai di Afrika dengan atap ilalang yang tebal untuk menahan hujan lebat yang terjadinya sangat jarang.
Bahan-bahan bangunan yang disebutkan di atas sebenarnya belum lengkap atau menyeluruh, karena rumah Zulu dengan bentuk sarang labah-labah hamper seluruhnya terbuat dari rumput yang tinggo. Tenda sebagai rumah pengembara terbuat dari kain atau kulit di daerah gurun yang tinggi. Tenda sebagai rumah pengembara terbuat dari kain atau kulit di daerah gurun. Balok-balok es juga ada yang digunakan sebagai bahan bangunan rumah di daerah kutub. Bamboo merupakan bahan bangunan rumah yang hamper umum di Negara-negara Asia Tenggara. Secara ekstrim dapat ditunjukkan adanya rumput ilalang yang digunakan sebagai lapisan atap paling atas untuk menebalkan isolasi menahan dingin, dan pada musim panas rumput tersebut tumbuh untuk pakan ternak kambing. Disamping itu, terdapat pula rumah-rumah yang berupa sampan, maupun trailer (rumah mobil). Dalam hal ini Nampak bahwa variasi tipe rumah menurut material (bahan) bangunan tidak terbatas jumlahnya, sehingga sulit untuk membuat regionalisasi.
5. Aspek Bentuk
Dalam setiap budaya bangsa, bentuk rumah dan letaknya mempunyai variasi yang cukup beraneka ragam. Misalnya, di Amerika kebanyakan rumah berbentuk persegi panjang dengan sudut siku-siku, sementara di Afrika banyak dijumpai rumah bulat tanpa sudut. Berbagai rumah tersebut dapat dibedakan atas dasar darimana budaya tersebut berasal. Contohnya rumah balok, memiliki bentuk yang sederhana yang terdapat di Amerika dan berasal dari budaya Eropa Utara; bentuk rumah tipe spanyol dengan bentuk datar yang terdapat di Amerika, dengan ciri bagian emperan tertutup yang pertama kali dibangun oleh para emigran yang berasal dari Eropa di Mexico, kemudian menjalar ke bagian barat Amerika terutama di Arizona dan California. Di sepanjang pesisir Atlantik para pendatang dari Eropa juga membangun rumah dengan bentuk segi empat namun mempunyai variasi yang berbeda.
Terdapat beberapa tipe rumah di Amerika Serikat menurut Kniffen (1965) : tipe rumah New England merupakan suatu rumah bertingkat dua bercerobong asap dii tengahnya, tipe rumah midle Atlantic merupakan bentuk rumah dengan sayap (emper) utama memanjang, tipe Chesapeake rendah yang terdapat di sepanjang teluk Chesapeake dengan ciri kedua cerobong asap terletak pada kedua sisi bangunan rumah. Di negara barat (Amerika Selatan maupun Midwest) maupun di tempat lain dapat dijumpai rumah untuk keluarga tunggal yang memiliki variasi bentuk rumah tipe Atlantik, dapat dijumpai pula rumah beratap rendah dengan bentuk L, T, U. Rumah dengan bentuk T memiliki ruang tidur berkelompok pada dua sayapnya, rumah dengan bentuk U biasanya di tengah terdapat kolam renang. Bangunan-bangunan rumah flat dan rumah di kota telah mendukung terjadinya perubahan daerah pinggiran kota. Komponen rumah di pinggiran kota seperti garasi untuk dua mobil, tempat perapian, peralatan pemanas dan dapur telah menjadi barang-barang mewah. Dari bentuk rumah sebenarnya orang dapat mengungkapkan bagaimana proses kejadian yang sebenarnya terjadi, dengan cara merekonstruksi bekas-bekas rumah yang ditinggalkan. Sebagai contoh di Afrika, biasanya orang membangun rumah dengan konstruksi lantai setinggi kaki dari permukaan tanah, hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi kelembaban ruang. Lantai ini akan menjadi semakin keras akibat penempatan yang agak lama setelah ditinggalkan penghuninya kemungkinan akan tertutup material yang semakin memadat. Pada suatu ketika apabila penutup ini tersingkap sisa-sisa bangunan rumah masih dapat diamati atau dikenali sehingga dapat digunakan sebagai kunci dasar rekonstruksi pola-pola penghuni kuno.
Dalam kaitannya dengan studi tipe perumahan, Kniffen menyatakan bahwa kajian tipe perumahan  akan memberikan kesempatan penelitian yang cukup banyak dalam masyarakat modern. Kenyataan itu tidak hanya berlaku di negara-negara di Eropa tetapi juga di negara Eropa, dimana perpindahan penduduk dan kesinambungan tipe rumah secara relatif memberikan kesempatan penelitian mengenai migrasi dan difusi tipe rumah yang cukup banyak. Contohnya pada wilayah pesisir yang merupakan sumber terjadinya difusi tiga tipe perumahan utama menyebar dari pantai timur ke daerah pedalaman. Tipe rumah New England, mempengaruhi tipe-tipe rumah Midwest bagian utara dan tipe rumah Atlantik tengah. Tipe rumah tersebut menyebar ke bagian tengah Amerika Serikat, Timur dari Indian bagian selatan dan Ohio ke bagian utara Georgian dan Alabama. Proses ini berkesinambungan dan rumah semakin berubah sesuai dengan material setempat yang tersedia dan permintaan keinginan lingkungan masyarakat tertentu. Hal seperti itu, mengungkapkan aspek sumber daya dan tradisi sebagai perlambang adanya perubahan kebudayaan. Proses difusi menyebar darui arah timur ke barat. Di bagian barat tipe rumah ranch banyak di jumpai dari california sampai florida bangunan rumah bukan hanya berfungsi untuk di huni namun juga seperti di negara barat bangunan rumah berfungsi menggambarkan status dan posisi dalam masyarakat yang dapat di tunjukan oleh ukuran luas bangunan maupun lahan yang dimiliki, bahkan modifikasi bentuk bangunan beserta material yang di gunakan untuk bangunan dekorasi.
Dalam hal tertentu kebudayaan daerah dapat di kenali lewat bentuk rumah tinggal maupun kualitas estetikanya seperti cara pemasangan pengecetan perangkat jendela rumah bahkan hiasan pintu luar. Apabila suatu masyarakan memiliki sumber daya, baik secara individu maupun kelompok kemampuan serta keterampilkanya dapat di lihat dari hasil hasil budaya mereka lewat bangunan bangunan, monumen, ataupun, pemerintah yang di hasilkan.
6.    Aspek Tujuan Penempatan
Pada umumnya jumlah penduduk yang semakin berkembang tetapi bangunan mereka tidak menujunkan adanya peningkatan perlengkapan yang semikin mewah, hal ini di sebabkan penhuni menempati suatu bangunan rumah bukan merupan keluarga tunggal tetapi lebih cenderung sebagai keluarga ganda. Bagi rumah yang di tempati keluargan tunggalakan menunjukan kualitas peningkatan rumanya di mana semakin lama semakin mewah, dan terdapat kecenderungan orang bangunan apartemen baik tingkat maupun rumah kupel (rumah satu untuk dua keluarga). Dengan demikian dalam membicarakan rumah harus mempertimbangkan pula tujuan penempatan bangunan rumah tersebut apakah di huni satu keluarga atau beberapa keluarga saja.