Jumat, 12 Oktober 2012

DANAU BOROBUDUR


A.    DANAU BOROBUDUR

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (870 kaki) dari permukaan laut dan 15 m (49 kaki) di atas dasar danau purba yang telah mengering. Keberadaan danau purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad ke-20; dan menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau. Pada 1931, seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha; seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), menjadi alas duduk singgasana Buddha atau sebagai lapik stupa. Bentuk arsitektur Borobudur sendiri menyerupai bunga teratai, dan postur Budha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah keagamaan Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia Timur). Tiga pelataran melingkar di puncak Borobudur juga diduga melambangkan kelopak bunga teratai. Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang terdengar luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog; pada daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini adalah daratan kering, bukan dasar danau purba.

B.     PROSES TERBENTUKNYA DANAU BOROBUDUR
Kawasan  Borobudur  berbatasan dengan perbukitan Menoreh di Kulonprogo. Van Bemmelen (1949) menyebutkan bahwa zaman tersier dikompleks Kulonprogo terjadi aktivitas gunungapi, salah satunya Gunungapi Menoreh, dimana satuan tersebu tadi masukkan kedalam Formasi Andesit Tua.  kala Plesitosen kompleks Kulonprogo ini terangkat, dan menyebabkan bagian utara Gunung Gandul mengalami pensesaran yang berarah timur tenggara barat barat laut, dimana satuan Andesit Tua di daerah Borobudur  menghilang dan tertutup oleh alluvium dataran Magelang. Helmy Murwanto (1996), menyimpulkan bahawa lingkungan danau Borobudur masih berlangsung hingga 1271 M dan telah tertimbun seluruhnya oleh material vulkanik pada tahun 1288 M dan membentuk bentang alam dataraan bekas danau. Mulyaningsih (2000), menyebutkan bahwa pada tahun 1285 M telah terjadi letusan Gunung Merapi yang cukup besar dengan jangkauan material piroklastik sejauh 35 kilometer ke arah selatan, hal ini diduga membentuk tanggula alam akibat menumpuk dan membedung aliran tersebut dan membentuk danau Borobudur ini. Wacana tentang adanya danau purba di daerah Borobudur awalnya dikemukakan oleh W.O.J Nieuwenkamp (1931), seorang seniman sekaligus arsitek dari Belanda. Tidak lama kemudian Van Bemmelen (1949), seorang ahli geologi kewarganegaraan Belanda dalam bukunya yang berjudul The Geology of  Indonesia (Geologi Indonesia). Van Bemmelen menyebutkan di daerah Magelang bagian selatan dulu pernah terbentuk danau yang terbentuk oleh letusan kuat dari Gunung Merapi tahun 1006 M (meski beberapa ahli mempertanyakan catatan tahun letusan Merapi tahun1006 M ini).  Praptisih (2002), melakukan pengukuran stratigrafi terukut pada Kali Tinalah, Kali Krasak, Kali Progo, Kali Elli, Blondo, Candi Pendem, Candi Lumbung, Candirejo, KaliSileng. Bedasarkan data-data yang diperoleh Praptisih mengelompokan litologi yang menyusun daerah Borobudur– Kalibawang dari tua kemuda antara lain: Satuan Gunung api Tersier (Formasi Andesit Tua), Satuan Tufa pasiran, Satun lempung-lanau, Satuan Konglomerat, Satuan Lahar. Dari hasil urutan satuan batuan yang menarik adalah pada Satuan lempung-lanau yang juga terdapat tufa yang makin keatas bercak putihnya makin dominan dan makin halus butirnya. Pada satuan ini di beberapa lokasi dijumpai jejak fragmen fosil kayu. Fosil kayu yang terdapat di Kali Sileng ditafsirkan berumur 611 ± 100 tahun BP hingga 856 ± 50 tahun BP (Murwanto, 1996) sedangkan menurut Newhall dkk (2000) berumur 420 ± 50 tahun BP hingga 3470 ± 50 tahun BP. Tebal keseluruhan lapisan ini ± 6,5 meter hingga 10 meter, dimana yang tersingkap di Kali Elo ± 2,5 meter, Kali Sileng ± 6– 8 meter. Di lintasan Kali Sileng juga dijumpai mata air asin yang ditafsirkan sebagai proses reduksi dari air tanah. Hadirnya lapisan tufa dengan ketebalan yang tipis, mengindikasikan bahwa daerah ini pernah tertutup oleh debu volkanik yang berasal dari letusan gunung api pada kala Kuarterneri. Lapisan lanau-pasir yang memperlihatkan struktur sedimen paralel laminasi, tampaknya dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan yang tenang, Sedangkan lapisan pasir dan krikil di beberapa tempat sering memperlihatkan struktur silang siur dan membaji, diduga pada posisi tersebut pada lingkungan sungai yang teranyam (Praptisih, 2002).Pada tahun 2001, H. Murwanto dkk melakukan pengeboran lempung hitam pada kedalaman 40 meter.

C.     BUKTI ADANYA DANAU BOROBUDUR
Sementara itu pakar geologi justru mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan menunjukkan bukti adanya endapan sedimen lumpur di dekat situs ini. Sebuah penelitian stratigrafi, sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan tahun 2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar Borobudur, yang memperkuat gagasan Nieuwenkamp. Ketinggian permukaan danau purba ini naik-turun berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan bukti menunjukkan bahwa dasar bukit dekat Borobudur pernah kembali terendam air dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. Aliran sungai dan aktivitas vulkanik diduga memiliki andil turut merubah bentang alam dan topografi lingkungan sekitar Borobudur termasuk danaunya. Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi yang terletak cukup dekat dengan Borobudur dan telah aktif sejak masa Pleistosen. Menurut dua peneliti terdahulu yang telah meneiti keberadaan danau purba di Borobudur, kesamaan terletak pada lapisan satuan lempung-lanau. Yang didalamnya terdapat lempung hitam yang banyak memberikan informasi tentang keberadaan danau purba. Data lempung hitam yang mengindikasikan kondisi lingkungan yang reduksi dan mekanisme arus yang tenang ,mengindikasikan lingkungan danau. Kemungkinan daerah ini merupakan suatu laguna sehingga menyebabkan terjebaknya air laut di daratan. Hal ini dibuktikan dengan adanya sumur air asin di daerah Desa Candirejo, Sigug,dan Ngasinan. Berdasarkan hasil data dari peneliti sebelumnya hipotesa tentang adanya danau purba terbukti. Data geologi yang yang membuktikan adanya danau purba berupa data urut-urutan lapisan batuan dan endapan material lepas,fosil pollen, dan penarikan unsur radioaktif. Struktur sedimen laminasimen dindikasi lingkungan dengan mekanisme arus tenang. Penarikan radio karbon C-14 diketahui lempung hitam itu berumur 22.000 tahun, dari hasil ini bisa disimpulkan danau ini sudah ada sejak 22.000 tahun lalu(zaman Plistosen), dan berakhir disekitar akhir abad ke 10 hingga abad ke 13. Lempung hitam banyak mengandung serbuk sari (pollen) dari tanaman komunitas rawa atau danau,antara lain Commelina, Cyperaceae, Nymphaea stellata, dan Hydrocharis, juga fosil kayu. Jenis flora ini merupakan tumbuhan yang hidup pada ekosistem danau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar